Personal Branding Melalui Media Sosial Untuk Politisi

by

mnulis

Pada dasarnya personal branding adalah usaha untuk menunjukkan kepada orang lain tentang potensi  diri kita yang paling unik.

Personal branding bisa dilakukan dengan banyak cara. Semakin luas cara kita meyakinkan orang lain tentang siapa diri kita maka semakin tertancap pulalah image tersebut di benak orang lain.

Salah satunya yaitu menyebarkan personal branding kita melalui sosial media. Media sosial membuat upaya branding menjadi lebih mudah dan murah.

Beberapa politisi memilih instagram, facebook hingga TikTok.  Tulisan berikut fokus pada membangun personal branding melalui media sosial.

Baca Juga : Strategi Sosial Media Untuk Politisi

Cara Melakukan Personal Branding

Ingin Dikenal Sebagai Apa?

Sebagai politisi, maka kita harus merumuskan sejak awal ingin dikenal sebagai politisi seperti apa. Misalnya politisi yang dekat dengan anak muda, politisi yang dekat dengan rakyat jelata, politisi yang aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan, politisi yang punya concern terhadap isu-isu pluralisme dan kebhinnekaan. Ada banyak yang bisa digali. Semakin spesifik kita menggali, maka semakin kuat pulalah kita bisa menanamkan citra tersebut.

Beberapa orang masih kesulitan untuk mendefinisikan hal ini, akibatnya sosial media yang dikelola tidak lebih dari sekadar memosting foto atau aktivitas tanpa perencanan yang matang.

Visi seorang politisi haruslah jelas. Visi sederhananya adalah bagaimana kita ingin dikenang dalam 5-10 tahun akan datang sebagai politisi. Mengapa harus jangka panjang? Personal branding adalah upaya yang harus dilakukan secara jangka panjang dan konsisten. Tanpa itu semua, maka brand yang ingin kita tancapkan di benak audiens tidak akan tercapai.

Ingin Dikenal oleh Siapa

Agak sulit untuk disukai oleh semua orang. Karena itu, untuk membangun personal branding melalui media sosial, seorang politisi harus tahu ia ingin menyasar segmen yang mana. Seorang politisi dibatasi oleh Daerah Pemilihan (DAPIL), tetapi siapa yang ingin kita sasar di Dapil tersebut melalui sosial media.

Jika menyasar segmen anak muda, maka kita harus mengetahui apa yang trend di kehidupan mereka, dan apa saja yang menarik untuk mereka. Hal ini penting untuk menyesuaikan dengan konten yang akan dibuat.

Tampilkan Konten yang Sesuai

Personal branding melalui konten yang ditampilkan di sosial media adalah aktifitas untuk memperkenalkan diri. Diri yang dimaksudkan adalah personal brandnya, atau brand personal dari kita sebagai politisi.

Dengan personal branding maka kita ingin ada di top mind publik tentang sebuah isu. Misalnya, ketika publik ingin mengetahui siapa politisi yang dekat dengan anak muda, maka kita ingin nama kita berada pertama di benak publik. 

Personal branding tidak dengan mengatakan saya politisi yang dekat dengan rakyat, tetapi justru tanpa mengatakan hal tersebut, maka orang akan menyebut kita orang yang dekat dengan rakyat dengan cara menunjukkan kedekatan itu. Bukan dengan mengatakannya. Personal branding adalah kesempatan untuk menunjukkan siapa kita, bukan dengan mengatakan siapa diri kita.

Jujur Menjadi Diri Sendiri

Karena kesempatan untuk menunjukkan siapa diri kita, maka dengan personal branding maka hal utama yang harus dilakukan adalah jujur tentang siapa diri kita. Jika kita ingin dikenal sebagai politisi yang dekat dengan masyarakat marjinal, maka pastikan bahwa kerja-kerja kita selama ini mendukung hal tersebut. Atau jika ingin dikenal sebagai politisi yang dekat dengan anak muda, maka keseharian kita juga dekat dengan anak muda.

Banyak yang menyangka personal branding adalah upaya pencitraan. Tidak sepenuhnya tepat, tetapi juga tidak sepenuhnya salah. Selama ini kata pencitraan mengalami konotasi negatif, karena pencitraan kerap dilakukan tetapi faktanya berbeda.

Hindarilah bersikap tidak jujur dalam personal branding, karena di era keterbukaan informasi, sangat mudah mendeteksi kebohongan. Daripada melakukan kebohongan akan citra yang ingin kita tampilkan, lebih baik gali potensi diri yang paling unik yang kita miliki dan perkuatlah hal tersebut.

Temukan Potensi Unik Diri

Perlu diingat, dengan personal branding kita ingin menunjukkan potensi diri kita yang paling unik.  Semakin unik potensi diri kita, maka semakin kuat personal branding kita tertancap di benak masyarakat. Jadi sebenarnya, kesehariannya kita sudah demikian, hanya saja kita ingin menunjukkan kepada orang lain tentang hal ini.

Bukan pencitraan yang ingin terlihat sesuatu tetapi justru setiap harinya melakukan hal yang berkebalikan dengan hal tersebut. 

Semua politisi pasti memiliki potensi unik masing-masing. Potensi unik inilah yang seharusnya digali sejak awal sebelum merumuskan personal branding di media sosial.

Teri Llach dalam ulasannya di Forbes.com menuliskan bahwa brand is an idea or a promise. Jadi ketika melakukan personal branding, maka kita harus menempatkan diri kita sebagai sebuah ide atau janji. Dan dengan personal brand maka janji itu harus terus dijaga dalam setiap aktifitas yang dilakukan. 

Itulah mengapa dalam personal branding penting untuk menjadi diri sendiri agar tidak menjebak diri kita melakukan hal diluar “janji” kita.

Temukan Visual Style

Di media sosial, tidak hanya konten berupa tulisan. Kita harus memiliki ciri khas yang bisa dengan mudah diidentifikasi oleh audiens.

Selain diri kita yang memiliki visual style, media sosial yang dimiliki juga harus memiliki visual style yang sesuai dengan citra diri yang akan kita bangun.

Konsistensi

Personal branding bukanlah sesuatu yang dibangun dalam semalam. Kegiatan ini adalah kegiatan terus menerus dan berlangsung bisa jadi sepanjang hayat kita untuk menguatkan reputasi kita. Reputasi pada akhirnya akan membangun kepercayaan publik. Utamanya percaya pada citra diri yang kita bangun. Konsistensilah yang membuat publik percaya.

Banyak publik yang tidak percaya pada beberapa politisi karena hanya mengangkat isu publik pada masa menjelang kampanye. Padahal seharusnya, sebagai sebuah personal branding, politisi harus terus bersuara saat ia ada di parlemen atau tidak sesuai dengan kapasitasnya.  

Dalam membangun personal branding, konsistensi merupakan keharusan. Ada baiknya dapatkan bantuan orang lain untuk mengelola media sosial tanpa kehilangan ciri otentik diri.

Lakukan update sosial media secara rutin. Unggah kegiatan, ucapan selamat dan hal lainnya yang bertujuan mendekatkan diri dengan audiens. Sebaiknya miliki konten pilar agar mendapatkan ide konten yang bervariasi.

Gunakan Beragam Media Sosial

Sebaiknya tidak berfokus pada satu jenis media sosial. Gunakan instagram, facebook, twittter dan TikTok untuk menjangkau lebih banyak audiens.

Setiap media sosial memiliki karakter audiens masing-masing. Sesuaikan konten yang dibuat dengan karakter setiap audiens media sosia.

Manfaat Personal Branding Politisi di Media Sosial

1. Dikenali oleh Target Audience

Siapa target audience Anda ingin dikenal oleh siapa? Ingat bahwa semua media sosial memiliki spesifikasi audiencenya masing-masing. Lalu bagaimana dengan tiktok? Itulah mengapa dalam kampanye, TikTok dan media sosial hanyalah salah satu dari banyak jalan untuk dikenali.

Dengan memiliki hal-hal unik, maka kita akan mudah dikenali. Kita mesti dikenali bukan mengenalkan diri. Itulah sebabnya politisi yang berbeda lebih mudah dikenali dibandingkan politisi yang senantiasa berbicara hal hal formalitas.

2. Citra Diri

Citra diri bukanlah hal yang dikarang-karang. Tetapi citra diri adalah menceritakan diri kita lebih jujur lagi untuk diketahui audience. Misalnya Anda senang dengan nilai-nilai pluralisme. Maka citra diri ini lah yang diceritakan di sosial media. Sehingga, bukan hanya menunjukkan orang bahwa kita adalah orang yang pluralis, tetapi juga mengajak audience untuk memilih pluralisme. 

Misalnya, dengan selalu hadir di setiap kesempatan yang berkaitan dengan isu-isu yang terkait dengan citra diri yang akan kita angkat. Kita harus berani berbeda dan berani di kritik asalkan nilai-nilai tersebut kita yakini sebagai sebuah kebenaran menurut kita. 

Mengomentari atau membuat konten di luar citra diri yang ingin kita bangun tidak ada salahnya, tetapi perlu diingat hal tersebut tidak akan membuat citra diri kita lebih kuat. Bahkan bisa jadi audience akan bingung dengan konten tesebut.  Karena itu pintar-pintarlah dalam melihat tren yang sedang terjadi.

Mereka yang pemberani bukanlah yang berteriak ditengah keramaian tetapi yang berbisik di tengah keheningan.

3. Reputasi

Reputasi tumbuh di benak orang dan membutuhkan waktu. Sosial media hanya menguatkan reputasi tersebut melalui penguatan citra diri.

Jangan takut dengan beragam komentar yang akan diterima di media sosial. Justru respon kita terhadap komenterlah yang harus dijaga. Pastikan kita bisa menjawab atau membalikkan komentar dengan cara yang baik dan justru memperkuat personal branding.

Related Post